Minggu, 19 Desember 2010

Ayo nongkrong, jangan lupa botol juga sloky-nya, ngobrolin apa aja…wah nikmatnya !!

Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Wajah mereka menggambarkan  hidup  yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
(diambil dari kisah orang-orang yang curang)

Nikmat sekali rasanya, nongkrong di pinggir jalan, melihat pemandangan indah, disamping kita ada botol-botol antik …isinya pun membuat gimana gituu…...setelah minum badan jadi anget  dan  nyantai….belum lagi ditambah angin sepoi-sepoi..wahh..nikmatnya dunia ini, boy!! Goh-jer-sam-sem….lungguh jejer mesam-mesem….mantab daab !!
Tanyakan saja pada para preman dan penjahat…..nongkrong di pinggir jalan atau di tempat wisata, sambil bawa topi miring atau vodka adalah sebuah sensasi yang luar biasa dalam kehidupan mereka…bebas lepas tanpa beban…yang ada hanya tawa riang canda dan bau naga yang sedap (menurut mereka)…dunia seperti milik kita saja…syurga sudah kalah tanding !!

Mau ??

Andaikan vodka, Topi Miring, Champangne halal diminum belum tentu semua dari kita mau mengonsumsinya. Mungkin karena rasanya tidak enak…..tapi mbuh ding, saya juga belum pernah merasakannya. Tapi yang jelas bagi para penikmat katanya rasanya Luar Biasa !! dan saya percaya saja.

Tapi,,

Sekarang belum saatnya. Besok, sebentar lagi (sebenarnya).. Sekarang mari kita bersabar. Bersabar membaikkan diri dan menebarkannya. Bersabar dari celaan orang yang suka mencela. Beriman kepada-Nya.  Menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Bersyukur apa yang telah diberikan Alloh kepada kita..

Mari saling menasehati dalam kesabaran,
Besok kita akan duduk di divan, berpesta khamr murni bersegel tasnim.
Besok kita akan bercanda ria bersama keluarga dan teman kita,
Di suatu tempat yang bernama Syurga
Pastika kita bertemu disana …….
Insyaalloh, bi idznillah

Minggu, 12 Desember 2010

Bersiaplah dengan perubahan

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi (an-ankabut :2) Tidak ada yang tetap di bawah langiti, kecuali perubahan.  Karena  Perubahan adalah sebuah kepastian (an-nonim).

Perubahan adalah hal yang terus berlangsung setiap waktu. Antara hari ini dan kemarin, saat ini dengan nanti, tahun ini dengan tahun depan. Kita sadari atau tidak kita sadari selalu ada yang berubah, baik di dalam diri kita atau di luar diri kita. Hal yang paling asasi dari perubahan sebenarnya bukanlah ada pada perubahan itu, melainkan ada pada diri kita sebagai manusia. Yaitu bagaimana kita menyesuaikan dengan berubahnya sesuatu di luar kita. Kata orang bijak, tidak akan berhasil orang yang menyelesaikan tantangan baru dengan cara lama.

Perubahan itu (bisa) menjadi berbahaya, perubahan menjadi harus disikapi dengan bijaksana tidak lain karena adanya sebuah prinsip yang tidak boleh ikut berubah, adanya hal-hal yang harus dipertahankan sedari mula hingga akhir masa. Dan hal itu tercantum pada kata-kata Alloh dalam sebuah surah-Nya.

Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (al-ashr).

Beriman, beramal shaleh, dan saling menasehati dalam kebaikan adalah rangkuman yang cerdas menggambarkan inti dari apa yang harus dipertahankan dalam masa-masa kehidupan kita. Dalam surat yang pendek tersebut, jika kita baca tafsirnya, sebenarnya panjang-lebar, luas-lengkap makna yang dikandungnya.

************
Kita sepakat hal-hal tadi harus selalu kita pertahankan dalam segala kondisi-cuaca kehidupan kita. Kendati perubahan hakikatnya selalu terjadi setiap masa dalam hidup kita, saya kira ada beberapa moment istimewa dalam kehidupan kita yang harus kita kelola sedemikian rupa-sehingga, hal yang tetap ,tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dan masa-masa itu adalah, menurut saya :

Saat kita menikah
Abraham Maslow, sang pencetus madzhab humanistik dalam psikologi mengatakan, “Menikah adalah awal mula kehidupan yang sesungguhnya”. Ketika menikah maka seseorang akan mengalami perubahan status. Perubahan status tersebut membawa konsekuensi yang sangat besar, baik hal yang menyenangkan atau membebankan. Alloh saja, menyebut ikrar dalam pernikahan sebagai “mitsaqon ghalidza” sebuah ucapan yang sangat berat bak gunung thursina. Aspek mencolok dalam status menikah adalah  tanggung jawab. Sebagai seorang suami atau istri. Bagi seorang suami adalah kewajiban baginya memberi nafkah kepada istri dan keluarganya.

Tuntutan memberi nafkah ini memang harus dilakukan dengan baik sesuai perintah Alloh. Karena itu wajib bagi seorang (calon) suami mengetahui bagaimana mencari rizqi yang halal. Bagi seorang istri, adalah kewajiban baginya menuruti suami dalam kebaikan. Kebebasan yang ia miliki sebagai seorang wanita kini harus dikompromikan dengan suaminya. Oleh karena itu wajib pula baginya untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan sebagai seorang istri.

Sebuah fenomena yang menarik dalam dunia para muda-mudi yang aktif mendakwahkan islam di masa mudanya. Dakwah mereka nilai sebagai prioritas utama, karena mereka meyakini bahwa berdakwah adalah jalan utama untuk meraih ridho Alloh subhanahuwata’ala dalam mengisi hari-hari kehidupannya. Menikah benar-benar akan  merubah kehidupan mereka. Ada sebuah fenomena yang semoga tidak merajalela. Dalam bahasa jawa fenomena itu bernama “BiRen” bar rabi terus leren (setelah menikah dakwahnya berhenti). Kalau menurut pandangan saya, tentu banyak faktor yang melatarbelakangi hal tersebut dan mungkin tidak bisa dipukulrata. Yang jelas hal tersebut terjadi akibat kurangnya persiapan (I’dad) menghadapi perubahan status mereka.  Secara logika tentu saja aktivitas dakwah mereka akan berkurang, namun marilah berbaik sangka bahwa mereka memang menambah amanah dakwah di keluarga mereka. Dan hal ini memang lebih utama.

Ketika kita bekerja
Mengapa saya meletakkan menikah terlebih dahulu dibandingkan bekerja, padahal banyak orang bahkan mungkin kebanyakan bekerja terlebih dahulu sebelum menikah?? Sebenarnya tidak ada masalah, hanya saja saya sepakat dengan Abraham maslow bahwa menikah adalah awal hidup yang selengkapnya.
Bekerja, jika anda sebelumnya adalah seorang pelajar, berarti kita mengikatkan diri dengan kewajiban yang baru dan lebih mengikat. Kita dituntut professional dan mengabdikan sebagian waktu kita untuk mengerjakan tugas-tugas kita. Tanggung jawab dan loyalitas  kuncinya !!
Hal yang juga harus menjadi perhatian kita adalah fenomena yang banyak terjadi di dunia kerja. Bukan rahasia lagi bahwa banyak hal-hal yang terlarang terjadi di sana. KKN mungkin bisa merangkum fenomena itu. Sekarang kita sebagai pelajar atau mahasiswa bisa dengan mudah beridealita bahwa kita antikorupsi, antidisogok dan anti nepotisme. Namun fakta banyak menunjukkan bahwa “kata di masa muda berbeda dengan perilaku di masa tua”. Saya rasa dari sekarang kita harus mempersiapkan diri kita agar tetap bisa menjalankan amal shaleh kita.

Ketika kita bermasyarakat
Hal ini berkaitan dengan status menikah kita. Ketika sudah menikah maka masyarakat akan merubah cara pendang mereka kepada kita. Contoh paling mudah adalah akan dilibatkannya kita dalam hal-hal kemasyarakatan secara lebih mendalam, pengurus RT misalnya. Beberapa orang bahkan langsung dijuluki “yang dituakan” setelah menikah padahal usianya masih muda.
Tantangan bermasyarakat sepertinya tidak mudah, Berapa banyak hadist yang memandu cara bertetangga. Bahkan syuga mensyaratkan cara bertetangga sebagai tiket masuk kedalamnya. Hal ini tentu sulit dirasakan oleh kita yang masih bergelar pemuda. Dinamika dan kehidupan sosial masyarakat juga tidak sederhana. Mulai dari masalah konflik kecil karena sampah dari pohon tetnagga sampai bagaimana kita bekerjasama membangun fasilitas umum ratusan juta menggunakan dana masyarakat. Bahkan dalam dunia dakwah ada istilah yang saya tidak tahu benar atau tidak :              ” Dakwah lingkungan adalah dakwah yang sebenarnya”

Itulah beberapa fenomena yang menuntuk perhatian kita sebagai manusia yang telah berkomitmen menjaga keimanan, amal sholeh dan menjaga iklim perbaikan dimanapun dan kapanpun. Perubahan adalah kepastian maka persiapan adalah keharusan. Sebuah kaidah dalam kehidupan muslim akan menutup catatan kecil ini.

Amal tanpa ilmu adalah (bisa) berbahaya
Ketika seorang muslim akan melakukan sesuatu maka ilmu atasnya wajib hukumnya
Wallohu’alam bi shawwab

Panggeran 11 desember
Yusuf Nur Arifin Trisnoputro
wassalamualaikum

KETAATAN, KEPATUHAN : OBEDIENCE


Mengapa ya...orang-orang masih seringkali melanggar peraturan yang telah dibuat, atau mengapa masih ada orang yang menerobos lampu merah padahal mereka tahu itu berbahaya....pasti jawabannya tidak sesimpel membalikkan tempe goreng dari wajan.....

Seorang ilmuan bernama Herbert Kelman mengatakan bahwa ada 3 tingkatan kepatuhan dalam mematuhi hukum atau peraturan ...

1. Obidience
Dalam tingkat ini seseorang mematuhi peraturan karena takut dihukum. artinya mereka mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman. orang memakai helm karena takut di-tilang pak polisi,atau memakai dasi agar tidak ditegur atasan..bisa juga datang pertemuan tepat waktu agar tida kdiberi sangsi membawa snack..itulah gambaran level terendah seorang manusia dalam sikapnya terhadap peraturan...jangan suudzon dulu !! bagaimanapun manusia level ini lebih baik daripada yang tidak mematuhi peraturan....tetapi celakanya ketika dia merasa tidak ada penghukum bisa-bisa dia melakukan pelanggaran lagi..contone : seorang siswa yang nakal mencontek saat guru yang menjaga ujian sedang keluar...atau seorang maling yang pd aksinya tidak akan diketahui bahkan bisa juga pejabat yang merasa bisa membeli hukum....gitu

2. Identification
Di level ini, seseorang mematuhi peraturan karena ia melihat adanya contoh baik dari orang lain. seorang siswa berangkat pagi karena kakaknya juga berangkat pagi. seorang pemuda pergi ke masjid karena mertua juga ke masjid, atau para pegawai yang mau kerja overtime karena bosnya juga nglembur..... dan kasus-kasus lain yang intinya seseorang mematuhi peraturan setelah ada contoh dari orang lain

3. Internalization
Inilah level tertinggi seseorang dalam mematuhi peraturan. dalam level ini ia mematuhi peraturan karena ia tahu itu baik. karena ia tahu ketaatannya ini bermanfaat bagi dirinya, orang lain dan alam semesta. Seorang pengendara bermotor dengan ikhlas berhenti saat lampu berwarna merah...karena ia paham bahwa dia harus memberikan giliran kepada orang lai dari arah lain. Seseorang yang selalu membuang sampah di tempatnya, bukan karena ia takut melanggar perda, namun karena ia tahu jika ia buang sampah sembarangan akan mendatangkan penyakit. Seseorang yang selalu mematuhi peraturan kapanpun dan dimanapun, siang atau malam, baik ada orang ataupun tidak...

nah sahabat, ada di level manakah kita dalam mematuhi peraturan-peraturan ??.....mari bermuhasabah, merenungkan diri kita sendiri..semoga sebagai muslim yang baik kita selalu menaati peraturan-Nya dimanapun dan kapanpun, karena kita yakin bahwa hal itu aka bernilai ibadah dan membawa kebaikan bagi diri kita, orang lain dan alam semesta...

sampai sini dulu...insyaalloh akan kita lanjutkan di lain kesempatan..

Bolehkah berhutang dalam islam …..?

Rosulullah SAW telah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa hidup sederhana dan melarang kita untuk hidup bermewah-mewah menghamburkan h...