Sabtu, 29 Oktober 2011

Saat dakwah harus berkuantitas



Bismillahirrahmanirrahiim

Nampaknya kini aku muali mengerti tentang hal ini, bahwa kebaikan pada saatnya harus menunjukkan eksistensi dirinya dengn berupa kuantitas angka yang nyata. Dengan kata lain, bahwa kebaikan memang harus bermanifestasi dengan banyaknya jumlah berupa angka-angka. Suatu kebaikan kini telah harus melalui kriteria seleksi kuantitas. Kebaikan harus bisa mendefinisikan dirinya dengan banyakknya kebaikan.  Baik kalau tidak banyak bisa berartibelum baik.

Adalah menjadi kebiasaan bahwa ketika seseorang menyebarkan kebaikan maka ia akan mengorientasikan dirinya hanya kepada Alloh Subhanahu wataala. Saya tidak tahu, apakah memang benar jika orientasinya begitu maka perbuatan kebaikan yang dilakuinya tidak peduli pada jumlah.  Yang penting melakukan kebaikan, sedang hasil adalah di tangan Alloh. Semoga saya salah menyipulkan .

Kewajiban kita hanyalah berusaha sedang hasil sepenuhnya ada di tangan Alloh. Semua orang sepertinya akan menerima kata-kata itu. Bukan karena kemudahan yang tersirat dalam kata-kata tersebut tetapi memang secara logika manusia dan seluruh alam semesta ini terlalu luas untuk dikontrol oleh seorang saja.  Tetapi, seperti halnya yang saya alami, bahwa melakukan kebaikan kini telah harus berurusan dengan jumlah, dengan target dan evaluasi. Usaha kebaikan yang kita lakukan harus bisa mencapai target dan nantinya akan dievaluasi supaya lebih baik lagi, kendati ada juga yang menonjolkan kalimat “ hidayah ada di tangan Alloh” .

After all, nampaknya saya kini sudah mengerti bahwa para qiyadah telah merumuskan bahwa kerja-kerjakebaikan haruslah dimanage secara professional. Ini artinya, dalam dakwah haruslah menjalankan prinsip-prinsip manajemen, mulai dari planning sampai evaluasi.

Tarraaaaaa......saya sekarang sudah berada di gerbong mujahid perbankan syariah..yang  prinsip “professional dalam kebaikan” tidak usah diragukan lagi,,,,,lha gerakan dakwah ini  kan sudah membentuk sebuah perusahaan  yang harus profesional. Untung-ruginya juga jelas......

Saya sudah menemukan beberapa titik terang tentang tema ini. Poin utamanya adalah, keprofesionaan dalam dakwah adalah keharusan.dakwah harus profesional. Gaji dalam dakwah adalah soal lain. Toh amirul mukminin pun juga dapat gaji.  Poin dua,, kadang amtara dakwah dan profesional masih menjadi dua kutub yang berseberangan. Jika satu bergeser ke kanan maka mendorong yang lain bergeser ke kiri. Tambah profesional berarti berkurang ikhlas dan tambahikhlas berkurang profesional. Poin tiga, saya udah nyempung, wis kadung teles. Allohumma arinal haqqo haqqo warzuqnattiba’a wa arinal bathila-bathila warzuqnaj tinaaba. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo menawi wonten komentar.....

Bolehkah berhutang dalam islam …..?

Rosulullah SAW telah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa hidup sederhana dan melarang kita untuk hidup bermewah-mewah menghamburkan h...